Langsung ke konten utama

RASA RINDU YANG MULAI ASING


Kurasakan kerinduan itu di ubun-ubunku. Ah, sudah lama rasanya aku tak menulis. Walau sekedar tumpahkan rasa yang terkadang tak terlalu penting. Seperti saat ini, ketika aku terlalu rindu mengenang sesustau yang indah. Tapi kenapa terasa perih? Aneh.
Aku rindu teman kecilku itu, yang jika ditarik segaris benang merah antara kami, sebenarnya ia masih keponakanku. Banyak yang bilang kami mirip. Padahal sama sekali tidak, menurutku. Hanya saja kami memiliki perawakan yang tak terlalu berbeda. Apa lagi hampir setiap tahun kami dibelikan baju yang sama untuk hari lebaran, warna saja yang berbeda.
Kami banyak menghabiskan waktu bersama. Masa kecil yang menyenangkan hingga kuliah di semester-semester awal. Kami dekat, sangat dekat. Sekarang entah hanya karena sebab sepele, komunikasi yang tak lagi rutin dijalin, hubungan kami merenggang. Aku nyaris tak mendengar kabarnya dalam setengah tahun, ah, mungkin dalam sembilan tahun ini!
Kalaupun ada, jaraaang sekali, rasanya sangat asing dan aneh. Aku selalu berusaha proaktif dalam kurun waktu itu. Aku yang selalu memulai komunikasi. Ia kelihatan senang tapi tak melakukan hal yang sama di hari berikutnya. Aku merindukannya. Masih sama seperti dulu, banyak sekali yang ingin aku ceritakan. Sampai rasanya tak lagi mungkin terungkap semua. Bayangkan saja, hampir sepuluh tahun, terlalu banyak yang sudah terlewatkan.
Kini antara kami seperti memiliki dunia yang jauh berbeda. Memang kami sudah memiliki kehidupan sendiri. Aku masih sering teringat dia. Malam ini sedang apa kah? Saat ini aku sibuk sekali, kurasakan senggalan nafasku terasa sesak. Selalu seperti itu, mungkin kah karena itu kami tak lagi punya waktu saling menyapa?
Banyak hal yang memngingatkanku padanya. Film Jepang yang kami tonton saat masih duduk di kelas akhir  Sekolah Dasar dan film-film Korea, lagu-lagu nasyid sampai pop. Orang-orang di sekeliling kami yang seringkali menjadi pengganti satu sama lain. Tapi kami saling bertukar cerita, hingga aku mengenal temannya sebagaimana ia mengenal orang itu. Begitu juga sebaliknya.
Tapi rindu itu kini terasa begitu aneh. Asing. Tak bisa kujelaskan tapi aku merindukannya. Ah, memang itulah kebiasaan anehku yang tak berubah sampai saat ini. Sudahlah, anggap saja aku sudah menjadi tenang, aku tetaplah diriku.  

                                                                                                                             5 Mei 2012

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gadis Uap Kopi

Kau seperti kepulan asap kopi pagi yang hadir sejenak dan berlalu pergi meninggalkan berjuta sensasi rasa di indera bauku, merasuki otakku, dan mendiami alam bawah sadarku. "Terima kasih atas kunjungannya, silakan datang lagi." hari ketiga kucoba berhenti dipecundangi amukan grogi walau yang kudapati hanya selarik senyum basabasi.  Barangkali yang kemarin ada juga artinya bagimu yang biasanya hanya singgah di kafe kami hari Sabtu, hari Minggu ini kau datang lagi dan tentu saja sendiri seperti biasa. "Sanger panas, kan?" tanyaku sok akrab dengan senyuman khas pramusaji.  "Ah, ya!" wajahmu sedikit kaget. Dengan spontan kau membetulkan letak kacamata yang bertengger di hidung bangirmu. Memperhatikanku sekilas dan duduk di bangku biasa dengan wajah bergurat tanya. Aku sedikit menyesal menyapamu dengan cara itu. Aku khawatir mengganggu privasimu sebagai pelanggan dan tentu saja aku mulai cemas kalau tiba-tiba esok kau enggan singgah...

Menyusui pun Butuh Bantuan Ayah

MENYUSUI merupakan proses belajar. Bukan hanya bagi ibu, tetapi juga bayi dan anggota keluarga lainnya, termasuk ayah. Diperlukan hubungan pola menyusui tripartit antara ayah, ibu, dan bayi. Hal ini terbukti dari hasil disertasi Strategic Roles of Fathers in Optimizing Breastfeeding Practices: A Study in an Urban Setting of Jakarta yang dilakukan Ir. Judhiastuty Februhartanty, MSc, untuk meraih program doktor di FKUI. Hasil disertasi dengan nilai judisium cum laude dipaparkan Januari lalu di FKUI dengan promotor Prof. DR. Rulina Suradi, Sp.A(K), IBCLC. Penelitian tersebut melibatkan 536 pasangan suami-istri yang punya bayi berusia 0-6 bulan di enam wilayah Jakarta Selatan. Responden adalah ibu rumah tangga yang secara umum terlihat sehat dan tinggal dalam satu rumah dengan ayah kandung bayi, ibu pernah menyusui, dan ibu melahirkan bayi tunggal cukup bulan melalui persalinan normal. Peran ayah ditentukan berdasarkan tindakan ayah selama masa kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan i...

Monster kecil

Anakku dan sepupunya yang usianya terpaut enam bulan, adalah dua monster kecil yang selalu saja membuat setiap orang didekatnya menjerit histeris. Bukan karena sangking kompaknya mengerjai orang lain, tapi betapa kreatifnya mereka dalam hal mencari celah untuk diperselisihkan, untuk menjadi rebutan dan yang pastinya membuat keributan yang akan membuat setiap orang menjerit kaget. Seorang anak yang sedang dalam usia terrible two dan yang seorang lagi melewati usia tiga tahunan. Luar biasa keributan yang mereka ciptakan setiap hari. Anakku bisa bermain dengan durasi yang cukup panjang dengan teman-temannya semasa diseputar komplek rumah kami dulu, lalu saat kami pindah rumahpun, ada tiga orang anak yang hampir setiap sore mampir ke rumah untuk bermain, memang timing bermainnya hanya sore hari menjelang maghrib, saat sudah makan dan tidur siang, kemudian mandi dan minum susu sore. Lalu saat ini ketika pulang ke kampunghalamanku, kerjanya hanya bermain dengan sepupu-sepupunya dari pagi hi...