Langsung ke konten utama

Biyya, Rumput Laut Kering dan Jihyeon


Bermula dari Jihyeon yang memberikan sebungkus seaweed hari itu, aku jadi tahu kalau Biyya loves seaweed that much! Hahaha....

Selama enam bulan yang mengesankan Jihyeon akan menjadi tetangga kami. Kami menjadi keluarga angkatnya, dia anak gadis yang luwes dan mudah menyesuaikan diri. Tidak cerewet dalam semua hal, karena memang sudah menjadi tugasnya sebagai relawan di panti kami tercinta. Biyya dan Akib punya sudara angkat yang berbeda bahasa tapi aku benar-benar tak menyangka mereka begitu cepat dekat satu sama lain. Jihyeon bersaing dengan Biyya untuk bisa berbahasa Indonesia, Jihyeon memang punya selera humor yang baik, waktu dia bercerita tentang ide itu, kami tertawa bersamaan. Setiap hari dia akan mengecek kemampuan Biyya, melebihi dia atau tidak. Bayangkan, dari anak bayi pun tak mengapa, asalkan tujuan positif itu bisa dicapai. Salah satu poin yang kupelajari dari gadis Korea itu.





Rumput laut itu yang selalu dipakai untuk membuat onigiri. Lebih populer dengan sebutan nori. Hanya saja biasanya yang dipakai untuk membuat onigiri itu, tanpa tambahan rasa alias plain. Biyya benar-benar menyukainya dan Jihyeon memberinya lebih banyak lagi. Aku juga sempat membeli di pusat belanja terdekat, hanya saja tak sama dengan yang dimiliki Jihyeon. Yang kubeli itu lebih crispy dan sudah ditambahi dengan seasoning berbagai rasa.

Kalau sedang berjalan-jalan ke pusat perbelanjaan dan aku melihat rumput laut kering itu, memoriku kembali melompat ke hari-hari itu. Saat enam bulan mengesankan bersama Jihyeon dan anak-anak panti yang berseri setiap hari. Juga Biyya dengan pipi yang belepotan remah rumput laut kering. Memang ada banyak hal yang bisa membuat kita merasa kembali pada satu masa, titik-titik kenangan yang terasa selalu indah untuk diingat.

Biyya says: I miss you Onni!
Akib says: Nunaaa, I hope we can meet somewhere else on the globe!
Soalnya Akib bilang mau lanjutin sekolah ke Inggris.

Komentar

  1. Usually I never comment on blogs but your article is so convincing that I never stop myself to say something about it. You’re doing a great job Man,Keep it up.
    free ebay gift card codes 2019

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MINAT FIKSI DI BULAN INI

Kata-kata tak dibuat, ia berkembang sendiri. Tiba-tiba tulisan itu menggema begitu saja di otakku. Kalimat itu memang kutipan dialog antara Anne dan Phill di buku ketiga seri Anne of Green Gables. Entah kapan tepatnya, aku semakin addict dengan novel klasik. Padahal genre metropop yang baru saja kutuntaskan tak kalah menarik. Tapi setelah menamatkan genre metropop tadi, tak ada keinginan kuat untuk mengulasnya, atau paling tidak untuk memikirkan sususan kalimatnya berulang kali, sebagaimana yang kurasakan setelah menuntaskan novel klasik. Aku tak ingat persis duduk di kelas berapa saat aku tergila-gila pada Tom Sawyer-nya Mark Twain. Buku itu dipinjamkan tetangga sebelah untuk kakak sulungku yang saat itu mengajar di sebuah tsanawiyah swasta yang baru buka. Buku yang sebenarnya milik pustaka sekolah negeri pertama di kampungku itu, masih dalam ejaan lama. Sampulnya menampilkan tiga bocah yang tak terlalu lucu. Salah satunya mengenakan celana over all dan kemeja putih yang l...

Perempuan Itu...

“Nda, barusan teman kantor Ayah telfon, katanya mau minta tolong…” si ayah tiba-tiba sudah di depan pintu begitu aku keluar dari kamar mandi. Dengan pakaian ‘dinas’-nya yang penuh peluh. Kami tadi baru dari farm. Aku meninggalkan mereka yang sedang melakukan anamnesa ternak karena sudah saatnya mandi sore. “Hm, ya… ” jawabku sambil menatapnya sejenak, pertanda menunggu kelanjutan ceritanya. “Ada anak perempuan yang diusir keluarganya karena pregnant diluar nikah. Sekarang sedang terkatung-katung, nggak tau harus kemana… ” “Astaghfirullah… ” “Yah, teman Ayah itu nanya, bisa ditampung sementara di sini, nggak?” Saat ini menjelang maghrib, yang terbayang dibenakku hanya seorang wanita dengan kondisi fisik dan psikis yang labil. “Ya, bawa aja dulu ke sini. Ntar bisa inap di kamar Irsa…” sebenarnya belum tuntas rasa kagetku. Raut wajah kami sama-sama prihatin. Tapi sepertinya kami benar-benar sibuk dengan pikiran masing-masing. Semacam bisikan kemelut antara pro dan kontra. “Ya...

Menapak Bumi, Menggapai Ridha Allah

Menjelang sore di panti asuhan Muhammadiyah Sibreh. Suasana lembab, matahari malu-malu menampakkan diri, sementara sisa gemuruh setelah hujan masih terdengar sayup. “Happily never after” sendu mengalun. Sore ini ingin rehat sejenak sambil menyeruput secangkir teh tubruk aroma melati yang diseduh dengan air panas, uapnya mengepulkan aroma melati yang khas. Melewati tengah malam, masih di panti asuhan Muhammadiyah Sibreh. Pekat malam ditingkahi riuh rendah suara jangkrik, alam yang selalu bertasbih siang dan malam tak kenal waktu, semakin menegaskan kebenaran postulat itu. Allah itu ada, kebenaran yang tak terbantahkan, yakin ataupun tak percaya sekalipun, Dia tetap saja ada. Setiap rehat jari ini mencoba kembali menari diatas kibor qwerty, setiap itu pula banyak sekali tantangannya, jelas waktu yang kupunya serasa tak cukup jika dibandingkan dengan begitu banyaknya hal yang ingin kukerjakan. Ingin mengerjakan ini dan itu, sementara pekerjaan lain sudah merengek ingin dijamah pula, hm...