Malam
I
Haha, ya ampun! Larut malam begini
tiba-tiba saja winamp-ku memutar lagu
insomnia-nya Craig David. Padahal sebelumnya aku lumayan lelah dan ngantuk.
Minggu-minggu yang melelahkan sudah meleburkan seluruh ideku bersama angin.
Hampir setengah bulan tak ada ide yang tertuang menjadi tulisan.
Aku benar-benar libur. Cuti dari menulis
sungguh penuh derita. Ada sesuatu yang melonjak-lonjak di kepalaku. Membuatku
ingin rehat sejenak, membuka bahagian yang penuh sesak denga ide dan
menuangkannya. Menggoyang paksa agar ia tak lagi nakal mengusik tuannya setiap
hari.
Malam
II
Aaargh, masih banyak yang ingin
kutuliskan, tapi sungguh, mataku tak lag bisa diajak kompromi!
Malam
III
Belakangan
ini lelah bukan main. Kalau sudah di atas pukul sembilan, badan sudah
membunyikan sirine istirahat yang cukup nyaring. Rasanya suara-suara di kepala
bertubrukan dengan alaram tanda tubuh menuntut rehat. Di antara polemik tak
penting itu, aku hanya bisa memilih satu buku dan mulai membaca sambil mencoba
rileks. Memang mengantuk, tapi ada
dorongan lain yang membuatku
mengharuskan diri tetap terjaga. Inilah kesempatan untuk bisa
bersenang-senang dalam tanda petik, masa, sih, aku mau meyiakan kesempatan emas
ini. Sekian hari terkendala waktu untuk menulis, membuat luruh semua ide-ide di
kepalaku. Kemudian membusuk tak bersisa.
Klik!
Listrik di kamarku padam. Bunyi “klik” tadi menandakan ada yang sudah menekan
saklar lampu. “Waktunya istirahat dan
tidur, jangan membaca lagi.” Suara Eun-yud menyudahi acara debat kusir
di kepalaku dan mataku.
Komentar
Posting Komentar