Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2010

KOMENTAR YUGA :)

“Waah, Kakak...! udah lama banget nggak ketemu, apa kabar nih? Aih, kok kurus amat, sih?” Yuga surprise campur pangling melihatku. “Iya, nih, kurusan..., masih menyusui si bungsu” Jawabku sambil membalas hangat pelukannya, tidak lupa cipaka-cipiki juga. “Apa kegiatan sekarang, Kak? Udah kerja dimana?” “Ya, kerja di rumah, Dek. Ibu Rumah Tangga” Jawabku dengan maksud sedikit ‘bangga’ (astaghfirullah...:D). Kontan mimik wajah Yuga berubah 180 derajat. Mata beloknya yang indah mengerjap, bibir mungilnya terbuka sedikit sambil berujar, “Lho?” Sedikit beku situasi saat itu, tapi hanya beberapa detik. Sebab lengkung senyum tetap sumringah di wajahku. Yuga melanjutkan “Iya, ya...capek bener ya, Kak, jadi Ibu Rumah Tangga. Memasak, menyuci, bersih-bersih rumah, ngepel juga. Ngurusin kain, terus....” “Ups, yang Yuga bilang barusan, tuh, pekerjaan pembantu rumah tangga.” Potongku sekenanya. “Owh, jadi Kakak ada pembantu, ya?” Masih dengan senyum yang sama aku menimpali “Nggak ada pembantu

MENCARI LELAKI PENYAYANG

Menaggapi curhat seorang teman SD, tentang mantan suaminya yang berbanding terbalik dengan lelaki impiannya. Mantan suaminya bukan saja tak romantis, tapi sangat acuh padanya. Tertutup untuk masalah pekerjaannya dan sedikitpun tak ingin melibatkan istrinya dalam kegiatan kerjanya, juga tertutup untuk masalah keuangan. Dia sama sekali tak mengenal teman-teman mantan suaminya, yang saat itu masih menjadi suaminya. Dengan suaminya sendiri dia sama sekali tak sejalan dalam mengarahkan dan mendidik anak-anaknya. Lebih sedih lagi, berbagai aktivitasnya buat mengembangkan diri, sering dimentahkan. Kalaupun tidak dihalangi, didukung hanya setengah hati. Banyak hal lain yang memiriskan hati, semua itu ada pada mantan suaminya. Yang tidak ada hanyalah KDRT fisik, tapi KDRT batin kerap mewarnai harinya selama hidup bersama. Kesimpulan yang dapat kuambil adalah, mantan suaminya itu bukan “lelaki penyayang”. Kemungkinan besar itulah yang membuat hidupnya terasa remuk dan rumah tangganya tak berta

Menapak Bumi, Menggapai Ridha Allah

Menjelang sore di panti asuhan Muhammadiyah Sibreh. Suasana lembab, matahari malu-malu menampakkan diri, sementara sisa gemuruh setelah hujan masih terdengar sayup. “Happily never after” sendu mengalun. Sore ini ingin rehat sejenak sambil menyeruput secangkir teh tubruk aroma melati yang diseduh dengan air panas, uapnya mengepulkan aroma melati yang khas. Melewati tengah malam, masih di panti asuhan Muhammadiyah Sibreh. Pekat malam ditingkahi riuh rendah suara jangkrik, alam yang selalu bertasbih siang dan malam tak kenal waktu, semakin menegaskan kebenaran postulat itu. Allah itu ada, kebenaran yang tak terbantahkan, yakin ataupun tak percaya sekalipun, Dia tetap saja ada. Setiap rehat jari ini mencoba kembali menari diatas kibor qwerty, setiap itu pula banyak sekali tantangannya, jelas waktu yang kupunya serasa tak cukup jika dibandingkan dengan begitu banyaknya hal yang ingin kukerjakan. Ingin mengerjakan ini dan itu, sementara pekerjaan lain sudah merengek ingin dijamah pula, hm