Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari 13, 2012

MENGUNGKAP BERJUTA MAKNA IBU

Judul: Ibuku Adalah... Penulis: Jazim Naira Chand, dkk. Penerbit: LeutikaPrio Tebal: 136 Halaman Cetakan I, Februari 2011 Ibu, tiga huruf yang kerap menghujani banyak inspirasi. Lambang ketulusan kasih sayang yang murni dan tak bertepi. Dari rahimnya terlahir orang-orang hebat penggebrak dunia. Tiada keraguan, Ibu seolah bidadari yang diwujudkan ke bumi. Untuk ibu lah para anggota Grup Untuk Shabat ini, mengumpulkan beragam bentuk tulisan yang kemudian dibukukan oleh LeutikaPrio. Sebuah penerbitan berlini indie yang sedang populer hari ini. Beberapa cerita dan puisi di dalamnya membawa kita kembali merasakan hangatnya belaian sang bunda. Mengenang jasa-jasanya yang tak mungkin berbalas. Mengingat perjuangannya yang panjang sejak kita mulai menggelitikkan kaki mungil, hingga berpijak kokoh di atas bumi. Semua tak lepas dari andilnya. Beragam karakter ibu, berlain pula cara mengungkap cinta terhadap anak-anaknya. Namun semuanya mmpunyai tujuan yang mulia, tak ada seora

Ala Chef Bunda :D

Naaah, perfomence-nya udah lumayan ok, kan? (nggak pede bilang enak) :D "Waaaw, sedapnya..." komen Akib waktu ngeliat ini. Ya, ya, ya... bagi anak kecil, yang penting tampilannya dulu. Tapi kalau capcay hao hao begini, kan, nggak susyeh. Kalau hari gini Bunda belum bisa buat yang enak.. TERLALU! kata Haji Roma :D Yang ini bekal buat ke skul :) Tring! dibantuin Akib mendekor-nya

Perempuan Itu...

“Nda, barusan teman kantor Ayah telfon, katanya mau minta tolong…” si ayah tiba-tiba sudah di depan pintu begitu aku keluar dari kamar mandi. Dengan pakaian ‘dinas’-nya yang penuh peluh. Kami tadi baru dari farm. Aku meninggalkan mereka yang sedang melakukan anamnesa ternak karena sudah saatnya mandi sore. “Hm, ya… ” jawabku sambil menatapnya sejenak, pertanda menunggu kelanjutan ceritanya. “Ada anak perempuan yang diusir keluarganya karena pregnant diluar nikah. Sekarang sedang terkatung-katung, nggak tau harus kemana… ” “Astaghfirullah… ” “Yah, teman Ayah itu nanya, bisa ditampung sementara di sini, nggak?” Saat ini menjelang maghrib, yang terbayang dibenakku hanya seorang wanita dengan kondisi fisik dan psikis yang labil. “Ya, bawa aja dulu ke sini. Ntar bisa inap di kamar Irsa…” sebenarnya belum tuntas rasa kagetku. Raut wajah kami sama-sama prihatin. Tapi sepertinya kami benar-benar sibuk dengan pikiran masing-masing. Semacam bisikan kemelut antara pro dan kontra. “Ya