Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2011

SPORT JANTUNG

Hm, beginilah jadi single parent untuk puluhan anak. Minta ampyuuuun, deh! Dari mulai urusan satu sendok yang raib dari meja makan, sampai urusan pompa air mushalla yang digondol maling. Maling..., oh maling, punya anak yatim, kok diambil, sih? Suamiku masih di kampung hari itu. Sudah lebih seminggu Ibunda kami dirawat di Rumah Sakit akibat hipoglikemia . Tinggal aku dan seorang pengasuh menemani anak-anak. Sementara Kak Masyitah, pengasuh perempuan, sedang kurang sehat dan pulang ke rumah keluarganya. Tadi malam aku memang kurang tidur, ada proposal yang nyaris terbentur deadline. Sorenya sudah kelelahan juga keliling komplek seperti biasa, tapi kali ini memang lelah luar biasa. Apalagi beberapa anak memang sulit mengikuti peraturan, mungkin lebih tepatnya rada sulit diatur. Whatever lah, intinya aku dalam keadaan gonjang-ganjing hari itu. Sudah lewat tengah hari puteriku Biyya, belum juga menunjukkan tanda-tanda ingin tidur. Padahal sudah mengantuk, tapi insting anak setahunnya

"MALIPEK TANDO"

        “Apa? Nggak boleh sering-sering ketemu Amak?” Tanyaku dengan nada heran yang tak dapat disembunyikan.         “Iya, Mak. Alasannya, ntar kan, selesai menikah Nindi akan dibawa ke Jawa. Terus menetap di sana. Kan jauh, kalau sering-sering pulang, berat diongkos. Itu alasan dia, Mak. Satu lagi, Nindi harus tetap di rumah merawat mertua yang sedang tak sehat.” Putri semata wayangku menjawab dengan lesu, kutahu ia juga tak sanggup mengungkapkan alasan itu. Alasan yang sungguh tidak berdasar. Kubaca luka di matanya.         “Nggak ... nggak mungkin, Ndi!”         “Iya, Mak, tapi mau bagaimana lagi, dia sudah datang mengantarkan ‘tanda’,”         “Kenapa dia nggak bicara sejak awal mengenai persyaratan ini?”         “Nindi juga nggak mengerti, Mak. Memang sebelumnya dia bilang ada sesuatu yang akan menjadi persyaratannya, tapi, insya Allah tidak akan memberatkan Nindi dan keluarga ...”         “Tidak memberatkan bagaimana? Ini nggak mungkin, Ndi. Kamu lah milik Amak satu