Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2013

Catatan Tiga Malam

Malam I Haha, ya ampun! Larut malam begini tiba-tiba saja winamp -ku memutar lagu insomnia-nya Craig David. Padahal sebelumnya aku lumayan lelah dan ngantuk. Minggu-minggu yang melelahkan sudah meleburkan seluruh ideku bersama angin. Hampir setengah bulan tak ada ide yang tertuang menjadi tulisan. Aku benar-benar libur. Cuti dari menulis sungguh penuh derita. Ada sesuatu yang melonjak-lonjak di kepalaku. Membuatku ingin rehat sejenak, membuka bahagian yang penuh sesak denga ide dan menuangkannya. Menggoyang paksa agar ia tak lagi nakal mengusik tuannya setiap hari. Malam II Aaargh, masih banyak yang ingin kutuliskan, tapi sungguh, mataku tak lag bisa diajak kompromi! Malam III Belakangan ini lelah bukan main. Kalau sudah di atas pukul sembilan, badan sudah membunyikan sirine istirahat yang cukup nyaring. Rasanya suara-suara di kepala bertubrukan dengan alaram tanda tubuh menuntut rehat. Di antara polemik tak penting itu, aku hanya bisa memilih satu buku dan mulai mem

Mental Saya Dalam Hal Bersaing

Tak ada yang perlu dikompetisikan dalam hidup ini. Paling penting itu melakukan hal yang menentramkan hati. Kalaulah hal itu ternyata mampu menebar manfaat untuk orang lain, tentu lebih dari cukup. Berujung bahagia, itu inti dari segala pencapaian yang ada. Ya, itu menurut saya pribadi. Tak mengapa sebagian orang mencibir tak setuju, terlebih lagi kalimat awalnya. Tapi sengaja atau tidak, kompetisi telah begitu jauh dari dunia saya sejak kecil. Mungkin karena polah asuh di keluarga juga. Pernah suatu kali dengan sedikit kecewa saya mengadu pada Abak (bapak saya) tentang angka 8 yang nangkring manis di buku rapor saya. Abak seperti biasa, hanya tersenyum dan menunjukkan mata bangganya memiliki anak seperti saya. Bahkan komentarnya jauh dari yang dibayangkan orang kebanyakan. “Wah, hebat, angka 8 itu, kan, lumayan banyak!” Sampai di situ saja. Tak ada ujung-ujung yang pada akhirnya membebani saya. Semacam kalimat “besok belajar lebih rajin lagi, ya!” ataupun kalimat genjotan s

Writer's Block dan Pesan Singkat Dari Anak Asuhku

Bilakah harus kumulai? Di antara denyut-denyut di nervus frontalis ini. Di antara resah-resah yang meraja dalam fikiranku. Tak ada apa pun yang mampu kutoreh. Perjalananku dalam hal ini mampet, terhambat membeku. Tanpa pernah seperti ini, kalap kubuka lembar baru dan kesetanan kutulisi semua yang ada di kepalaku. Kusut masai, kutumpah ruahkan segalanya berderai-derai tanpa aturan. Tak perlu kumulai, sebagaimana aku tak perlu mengakhiri semuanya. Biar tak sanggup dicerna, walau tak minat dibaca. Tapi kulawan ketidakberdayaan ini sekuat tenaga, semampuku saja.              Kuseduh secangkilr latte , kuaduk sama kalapnya dengan saat mulai merangkai aksara ini. Pesan itu masuk. Anak itu, tentu saja ... berapa usianya hari ini, ya? Seringkali aku dihoyak rasa tak enak jika mengeluh panjang pendek. Anak itu jauh lebih alot untuk masalah hidup. Disentilnya aku dengan berbagai masalah hidupnya sejak usia belasan. Berat sudah dirasanya, aku hidup terlalu lempang dan mulus hingga lewat

SUARA SUARNI

Kurapatkan cardigan longgarku sambil bersender ke tiang teras. Angin sore itu terasa lembab. Pikiranku menerawang lagi. “Entahlah, Bunda. Suarni merasa nggak sanggup aja... ” “Kenapa begitu? Sayang sekali. Semua orang ingin mencoba duduk di bangku kuliah. Apa yang dicemaskan? Masalah biaya bisa kita cari. Yang penting punya kemauan.” Cecarku masih dengan mimik terkejut. Gadis remaja itu menunduk. Entah apa yang dipikirkannya. Memutuskan pulang ke rumah bibinya dan bekerja di sebuah pabrik bata setelah lulus SMA. Padahal kesempatan mengenyam bangku kuliah masih ada. Tiba-tiba saja ia datang menghampiriku yang sedang sibuk dengan segunung kain setrikaan. Suarni pamit ingin pulang ke rumah bibinya dan meninggalkan panti yang sudah dihuninya selama empat tahun. Suarni sosok anak yang rajin dan ulet. Ia terbilang ringan tangan dan tidak pemilih dalam bekerja. Peraturan di panti juga selalu dipatuhi. Kami sangat terbantu dengan kehadirannya. Nilai akademisnya bisa dikataka